Content

when writing the story of your life, don't let anyone else hold the pen

bangkrut

Friday 16 March 2007 - Filed under ragam cuatan

pernahkah kalian dibangkrutkan oleh orang lain? saya pernah. malah, bangkrutnya lahir batin! wakakaka … yups, tepatnya, baru kali itu saya merasa saya bangkrut lahir batin.

rasa itu hadir begitu saja. di lorong-lorong panjang pertokoan. di jalanan protokol yang macet. di trans jakarta yang sumpek dengan jubelan karyawan pulang kantor. di sruputan teh herbal nan hangat. di sepiring nasi gila di bilangan menteng. tidak, tidak, rasa yang begini tidak salah. buntutnya, itulah yang salah.

satu sen demi satu sen saya genjot demi membuncahkan rasa kangen saya. lebih dari kangen, itu namanya rindu. padahal, saya tahu persis, ia sudah mengantongi hak milik bangunan dari kekasihnya. whoops.

satu jam. lebih. dua jam. lebih. landlines menelpon mobile. bisa kalian bayangkan, berapa airtime yang harus dibayar untuk menelponnya. tetapi, saya tidak menghitungnya. sesuatu yang saya hitung adalah rasa rindu yang wajib dan harus terbayarkan dalam jarak ratusan kilometer.

hingga selembar tagihan biru itu disodokkan oleh petugas telkom. tiba-tiba saja kepala saya menjadi pening, dan perut saya mual. “saya akan ambil uang di bank dulu, nanti saya kembali …” kata saya padanya.

tetapi saya tidak kembali.

saya baru kembali lagi beberapa hari sesudahnya. saat duit di dompet ini sudah menebal, tetapi sekaligus bersiap untuk segera menipis kembali.

Rp 1,5 juta. iya, hanya dalam sebulan. dan 98% tagihan itu untuk lelaki itu. padahal saya tahu persis, kelak saya tidak bisa bersanding dengannya.

bangkrut.

saya bangkrut lahir batin.

kemudian saya menambahkan beberapa ratus ribu lagi untuk pulsa di nomor telkomsel saya, plus beberapa ratus ribu lagi untuk pulsa di nomor esia saya. tepat. saya bangkrut total.

sejak itu saya mulai berpikir rasional. iya, berpikir dengan otak, bukan dengan kepala. saya berbicara pada abang. saya berbicara pada sahabat-sahabat terdekat. “untuk dia, nggak cukup berharga kamu mengorbankan sebanyak itu,” ujar abang.

namanya rasa, pake hati, rasanya susah sekali menahan kangen, rindu, dan sejenisnya lah. ;( tetapi mengingat dia sudah membangkrutkan saya sebanyak itu, saya kembali pada ujaran abang, untuk laki-laki macam itu, rasanya nggak cukup berharga saya mengorbankan sebanyak itu.

saya bersyukur, tagihan telepon bulan ini hanya Rp 64.000.

Tagged: » » »

2007-03-16  »  femi adi soempeno

Talkback x 2

  1. mbah atemo
    26 March 2007 @ 6:29 am

    kalo sudah saatnya…
    besok bilang, “duh suamiku, ini bill yg harus kamu ganti untuk usahaku kepadamu..”
    wekekekekekekkkk

  2. cyn
    30 March 2007 @ 4:58 am

    been there done that ;-)

    andai hati bisa di-restrat, bisa di-defrag..
    saat otak kiri kembali dari liburan.. semuanya akan stabil kembali kok, dan tagihan telp juga akan kembali ke 5 digit bukan 6.

    fem.. ajarin dong biar bisa cuma bayar Rp64rb hehehehe