Content

when writing the story of your life, don't let anyone else hold the pen

memilih pergi dengan abang

Saturday 21 April 2007 - Filed under friends from heaven + kubikel + media + ragam cuatan

“kalau ada acara apapun, atau … apapun lah, dia jelas bukan lagi prioritas utama,” kata saya pada abang, semalam.

abang bertanya, kenapa saya tidak ngopi. menurutnya, tidak biasanya saya begini.

pada abang saya bercerita, bagaimana saya memilih untuk pergi bersama abang ketimbang dengan yang lainnya. ngopi di starbucks, jalan2 nggak karuan, hangout nggak jelas, rasanya bukan lagi ‘saya’. itu sebabnya, saya memilih untuk menyambangi tea gallery, sekadar menyeruput blooming tea kesukaan saya, sembari menulis. rasanya, itu lebih membahagiakan saya ketimbang mikirin yang tidak jelas buntutnya.

matahari juga tak lebih indah pada pukul empat sore dari muka starbucks plasa senayan. reriungan di kedai teh di senayan city belakangan terasa lebih sehat ketimbang di kedai kopi itu. mmmh … ya, sejak saat itu, saya sudah tahu dimana saya harus berdiri, dan bagaimana saya harus menyikapi pertemanan ini. saat itu seorang teman pun sempat berujar, “cari teman itu susah lo …” dan pikir saya waktu itu, “so what?”

sejak saat itu, semuanya menjadi tidak sama.

saya memilih makan sendiri. para office boy membantu saya membelikan makanan.

saya memilih jalan-jalan sendiri. perjumpaan dengan kawan lama membantu saya melarung kesepian.

saya memilih pergi dengan abang. saya tahu, ajakan itu tidak pernah datang lagi darinya.

saya memilih untuk membikin reriungan dengan teman-teman baru. mereka membuat hidup saya menjadi lebih berarti.

pulang, ya pulang saja. saya tahu bagaimana sebuah perjalanan ini dimulai dengan sebuah kebohongan. saya juga tahu bagaimana harus mentertawakan pertemanan yang sia-sia ini. “memangnya ada pertemanan yang sia-sia ya?” sergah teman saya. owh. ada. ini buktinya.

saya tahu persis, rasa sedih itu tak kunjung tanggal. seorang teman lain bilang, “orang jawa bilang, ginares … ” artinya, membekas, dalam, luka yang tak kunjung sembuh.

abang hanya tertawa. mungkin tawa kasihan. pada abang saya akhirnya bilang, “kalau ada acara apapun, atau … apapun lah, dia jelas bukan lagi prioritas utama.”

Tagged: » » » » »

2007-04-21  »  femi adi soempeno

Talkback x 2

  1. cyn
    21 April 2007 @ 4:58 am

    life is about a choice :-)

  2. mbahatemo
    1 May 2007 @ 8:41 am

    cuk, tertawa menggambarkan kesedihan, kebohongan menjelaskan kebenaraan..

    ini es em es siapa bang? halahh