telepon yang mengejutkan, pagi dinihari
Tuesday 11 September 2007 - Filed under cerita bumijo
jam 1.38, ponsel saya berdering. biasanya, jam segini ada teman insomnia yang lagi cari teman ngobrol.
telepon ini dari nomer yang tak saya kenal. nomor XL. “femi, ini mas maryono. mau ngabari kalau bude suryo meninggal dunia, jam 1.05 pagi tadi. minta tolong dikabarkan ke kerabat di jakarta,” katanya.
seperti bukan telepon sungguhan. tetapi kabel ini berjejalin. saya mencubit pipi saja. saya sudah melek. saya sadar. dan bude meninggal.
dia adalah kakak dari ayah saya. itu sebabnya saya memanggilnga ‘bude’. kulitnya mengisut, seperti buah mangga yang layu dan terlalu matang. jalannya tetatih. pandangannya tak lagi awas. sapanya ramah. ujarannya selalu bernada panjang, antara ikhlas dan tidak ikhlas.
tahun ini, dia genap 80 tahun. suaminya meninggal lima tahun silam. adik perempuannya meninggal tiga tahun silam. adik laki-lakinya meninggal tahun kemarin. kini, gilirannya. saya tahu persis, meninggal tidak berurutan layaknya simbah wongso yang melahirkan anaknya pertama, kedua, ketiga dan keempat.
dengan segala karma baik yang dipunyanya, semoga dia bahagia di surga.
(ayah, bude sudah pulang pada pemilikNya. ayah sudah punya teman kan? ayo ayah, sambut bude …)
2007-09-11 » Femi Adi
14 September 2007 @ 9:14 am
Kematian beruntun. tarik menarik seperti rangakaian gerbong kereta. Januari, mbah kakungku mati. Satu bulan kemudian, adik lelaki mbahku tadi ikutan mati. Dua bulan kemudian, bulikku mati. Tiga bulan kemudian, omku mati. Mosok kematian seperti ayunan pendulum. Satu menyentuh yang lain. Yang lain ke yang lain. Atau kematian itu menular?