kami berbincang sangat lama
Friday 12 October 2007 - Filed under cerita bumijo
ya, kami berbincang sangat lama. saya dan kakak saya nomor B.
saya senang melihatnya tertawa. terbahak. tak ada hentinya. tangannya terus bergerak. seperti tangannya ikut bercerita. soal keponakan kami yang akan lamaran. soal tanaman anthurium gelombang cinta seharga Rp 2 juta. soal mangga golek yang dipetiknya. soal proposal yang bagus dan survey yang kebanyakan. soal … banyak hal.
senang melihatnya kembali ceria. beberapa waktu yang lalu, ia hampir mati. benar, ia hampir mati. agaknya ia masih berbaik hati, membuatnya tetap ada saat lebaran ini. tetap ceriwis. semakin bersemangat. bergairah. gaya bercerita yang meletup-letup. ekspresif.
mium dan jantung menggerogotinya pelan. sangat pelan. haemoglobin yang tersisa di tubuhnya tinggal 4. putih, seperti mayat. transfusi 3 ampul membuatnya kembali bernyawa. lebih merah. sudut bibirnya bisa tertarik keatas. ia bisa kembali tersenyum. ia bertahan hidup, tahunan lamanya. untuk anaknya yang cuma satu. untuk suaminya yang sangat setia. juga, untuk adik-adik dan keponakannya yang riuh mengelilinginya.
saya menarik ujung ketupat. warnanya tak lagi kuning keputihan. tetapi sudah berubah menjadi cokelat. saya menariknya dengan sendok kayu yang agak panjang dari panci besar. ukurannya beragam, mulai dari yang mungil hingga ketupat raksasa. saatnya mengangkat ketupat. sudah lima jam terebus di dalam panci besar dan kompor batubara ini.
dengan tongkat kayu, air panas tak akan tercipratkan ke tangan saya. saya menarik ketupat agar bisa saya gantang di jemuran pakaian. eh, bukan untuk dipanaskan, tetapi sekadar diangin-anginkan. saya tarik ujung dan pangkal ketupat, sehingga saling menarik. air akan menetes dari ketupat, hingga tak bersisa setetespun. dan ketuipat siap dilahap.
baru ini saya mengentas ketupat dan mengangin-anginkannya. biasanya, saya tinggal mengangkutnya dari pasar. atau, mengirisnya dari wadah milik simbah.
kemudian saya menggado ikan nila. saya memakannya begitu saja. tanpa nasi. tanpa sambal. katanya, ini hadiah buat saya yang tak bisa menggoreng ikan dengan sempurna. hiks. dan kami terus bercerita. tentang gaji yang datang terlambat. tentang upah mengkoreksi UAN. tentang jabatan di kursi BUMN. tentang … banyak hal.
saya membongkar puluhan roti basah yang saya usung dari jogja. saya juga membongkar susu beruang untuk kakak saya. sengaja saya membawa banyak. iya, hanya untuk kakak saya. “dari saya, amalnya untuk ayah …” kata saya padanya, setelah dikoreksi.
selamat lebaran. mohon maaf lahir dan batin. terimakasih sudah membuat saya tidak kesepian lebaran tahun ini. karena apa? karena kita berbincang sangat lama.
2007-10-12 » Femi Adi