menyimpan kenangan
Monday 31 March 2008 - Filed under friends from heaven + kubikel
saya termasuk orang yang suka nyampah.
uhm. tidak bermaksud nyampah. saya hanya ingin menyimpan kenangan saja. dari orang-orang terdekat. meski hanya secuil kertas kecil. invoice jamuan makan. tiket perjalanan. bungkus cokelat. pita kecil.
semuanya punya cerita. semuanya meninggalkan jejak.
di atas trolley supermini di kubikel saya, masih ada bungkus cokelat green & black’s organics, raisin & hazelnut. cokelat ini kado kecil dari si kadal basi yang saya jumpai pertengahan bulan maret ini. saya masih ingat betul, saat ia menggeledah tasnya dan menyodorkan cokelat. iya, cokelat kesukaan saya.
di monitor saya, masih tertempel stiker luggage fragile. stiker ini dulu tertempel di tas folding bike saya, dalam perjalanan dari padang ke jakarta, awal tahun ini. harusnya saya tahu, stiker yang tak juga saya buang itu menjadi penanda bahwa perjalanan ini bakal usai.
ada kotak cokelat daim di pojok kubikel saya. cokelat ini saya kenal dari holger, lelaki jerman yang senyumnya seringan kapas. tawarannya pernah saya tampik. “aku nggak makan permen …” kata saya. tapi, dia masih tetap memaksa dengan aksen jermannya yang sangat kental. “tapi kamu harus mencoba ini. enak!” dan … enak! daim selalu mengingatkan saya padanya.
di pinggir kubikel, saya ada sekeranjang mungil tiket kereta api jogja-jakarta. saya intip sebentar, sejak tahun 2004! saya harus menyadari perjalanan jakarta-jogja-jakarta ini sudah hampir empat tahun.
saya juga masih menyimpan tiket bayang-bayang retak, pertunjukan teater dalam rangka ulang tahun gonzaga, 10 februari 2007. saya menonton bersama bli komang. dua tiket ini saya dapat dari chris. gonzaga, mempunyai ruangan tersendiri dalam benak saya. kegilaan anak-anak jakarta. makan malam di pizza hut saat minggu pertama di jakarta dengan nanang. jejalin yang menyenangkan bersama dengan bello. sabtu yang tak pernah sepi karena ada adin.
secarik kertas kecil dari yayasan vihara dharma jaya toasebio di jalan kemenangan, jakarta barat. tiga tahun lalu, saya menjumput senja bersama dengan hendra, teman saya. make a wish ala tionghoa, kertas itu saya pilih. bunyinya: cahaya bulan menyoroti empat penjuru lautan. masa depan akan makmur sentosa. sapu bersih awan-awan yang berambang-ambang. akan terhindar dari segala bahaya. artinya: pekerjaan ada untungnya, berdagang ada hasilnya, keluarga menggirangkan, jodoh cocok, sakit segera sembuh, perkara harus berhati-hati.
dan, masih banyak lagi kenangan yang tetap berserak, bukan hanya di benak. terima kasih buat kalian yang sudah mengisi hari-hari saya.
courtesy image: bloomberg
2008-03-31 » Femi Adi
1 April 2008 @ 9:55 am
fem, minggu kemarin aku benernya melihatmu naik becak mau ke lempuyangan. aku ngalor, kowe ngidul. hehehe. tp aku nggak cukup berani berteriak, “Femiiii!” di antara puluhan kendaraan yg melaju. jadi aku teriak di sini aja ya, fem: “FEMIIIII!” hehehehe
2 April 2008 @ 3:52 pm
ah masih disimpan juga benda-benda arkeologis tersebut… memang menarik bahwa semuanya meninggalkan jejaknya tersendiri…
sepertinya memang ada sedikit jiwa yang lekat dengan barang-barang tertentu…
seperti rumah, mobil, kursi duduk dan juga baju2. barang lawas tapi tak pernah tega membuang.
betul, ada memori di sana. manis, pahit atau nano-nano, yang jelas mengisi relung pikiran dan hati…
2 July 2008 @ 8:39 am
[...] daim. cokelat. [...]