ayah dan burung dara
Sunday 22 February 2009 - Filed under cerita bumijo + friends from heaven
akhirnya kami menggelar pesta ini. iya, pesta untuk 1000 hari ayah. pesta untuk keriangan yang ia cecap bersama dengan ibu dan kerabat lain di rumahNya. saya bergembira, pun esti, kakak saya.
pesta ini dimulai dengan cuatan lagu dari koor kompak yang membikin hati saya dan hati kakak saya bergetar. ciaaah …
…
Tuhan tolonglah sampaikan sejuta sayangku untuknya
Ku terus berjanji tak kan khianati pintanya
Ayah dengarlah betapa sesungguhnya ku mencintaimu
Kan ku buktikan ku mampu penuh maumuAndaikan detik itu kan bergulir kembali
Ku rindukan suasana basuh jiwaku
Membahagiakan aku yang haus akan kasih dan sayangmu
Tuk wujudkan segala sesuatu yang pernah terlewati…
dan ibadat ekaristi itu membincangkan ayah saya. tentang kepulangan setiap sabtu, tentang kerinduan yang ditumpahkan di ujung minggu, tentang pupusnya keinginan esti menjadi wartawan demi memenuhi keinginan ayah untuk menjadi guru, tentang tahun-tahun terakhir yang mengejutkan.
ayah memang hidup kami; saya dan esti. he is the best dad in the world, dan kami menyematkan piala, mengenakan kaos dan menumpuk buku untuk label itu. ayah adalah wajah tiga sejarah negeri ini. ia adalah potret ’45, ’65 dan juga ’98. ayah adalah potret orang yang penuh syukur atas apa yang dimilikinya. dan ayah menutup mata di usia 78 tahun, 1.000 hari lalu.
saya percaya, setiap orang bisa menjadi a father, tapi tak semua bisa menjadi a dad.
kami pun menerbangkan dua burung dara kucir, sepasang syarat untuk peringatan 1.000 hari. satu burung tinggal. ya, tinggal di atap rumah kami. saya sempat khawatir juga, kok burung dara itu enggan pergi. lhah, siapa yang bakalan diajak serta oleh ayah?
ketika saya dan esti menyalami kerabat yang pulang usai mendoakan ayah, burung dara itu ada di atas atap rumah kecil, persis di seberang saya dan esti berdiri.
sesudahnya, hilang. gosh, is it you, dad?
terimakasih untuk kalian yang datang untuk mengantar ayah pergi. terimakasih.
(ps: terima kasih untuk mbak marti dan yani, yang menggenapi sesajian untuk ayah. saya juga harus berterima kasih pada ibu, yang sudah pasti melihat dua puterinya )
2009-02-22 » Femi Adi