harusnya saya pulang
Monday 15 June 2009 - Filed under friends from heaven + weekend escape
harusnya saya pulang di ujung minggu lalu.
bertemu dengan arun dan paimun. kami bisa berbelanja bir dan menghabiskan malam dengan menciptakan fitnah kecil yang efeknya besar. atau, yang seperti kami lakukan; berebut kursi karet dengan selonjoran nan nyaman di sudut ruangan. pilihan lain, membikin kopi yang membikin sabtu akan terasa lebih panjang dan menggairahkan untuk menggosipkan si anu, atau juga si anu.
atau, menciptakan kebingungan yang biasa kami –saya dan arun; atau saya dan arun serta paimun– lakukan. “makan apa ya? dimana?” dan roda pun melaju kencang tanpa arah. jika beruntung, kami menjadwalkan untuk makan ‘sesuatu’, jauh hari sebelum kami meriung bersama. selebihnya, mencuatkan kegalauan yang membikin dada ini cukup sesak: peruntungan, pengalaman, keluarga dan kisah cinta.
harusnya saya pulang di ujung minggu lalu.
menyambangi ayah dan ibu di rumahnya untuk –seperti biasa– membagikan cerita-cerita letih atas pekerjaan yang harus disyukuri karena keberadaannya, cerita-cerita kekaguman atas nyamannya rumah bumijo yang mereka wariskan untuk esti dan saya, cerita-cerita keriuhan atas beragamnya orang-orang baik yang mengitari saya.
dan saya akan terus begumam, “harusnya ayah dan ibu ada di sini untuk menikmati semua yang femi sekarang capai … ”
harusnya saya pulang di ujung minggu lalu.
sebentar bertemu dengan rinto untuk membungkus nasi gudeg anget dengan gorengan ati ampela yang selalu ia sisihkan untuk saya, seporsi. bandeng, ayam, telor; bukanlah menu langganan saban minggu. dan saya bersyukur, rinto selalu menghadang saya dengan sebungkus nasi gudeg anget dan gorengan ati ampela.
dan berlarian kecil atau berjalan cepat menyusuri lorong terang di jalan keluar stasiun senen; mengabaikan tawaran tukang ojek atau tawaran supir bajaj karena saya membonceng (baca: nebeng) mas anton dari stasiun senen ke kantor; sembari menggosipkan si anu, atau juga si anu.
tapi saya tidak pulang. saya memilih untuk tetap berada di jakarta; menghabiskan malam untuk mendapatkan kejutan kecil yang menggetarkan pada pagi harinya: jarum jam yang enggan bergerak ke kanan setelah terus berputar selama satu dekade lamanya.
2009-06-15 » Femi Adi