mencintai bunga diatas meja
Wednesday 19 August 2009 - Filed under friends from heaven + kubikel
suaranya terdengar riang. membuncah bahagia.
pun saya. sesungguhnya tak sedikitpun ada kekhawatiran yang mengganjal di benak saya akan apa yang akan terjadi bulan depan. langkahnya pasti terasa lebih ringan. senyumnya pun akan terasa lebih riang.
sahabat, teman, saudara.
pada saya ia menegaskan, sudah berpamitan pada kepala pabrik kata-kata di sini. kalau tidak berubah, minggu depan ia sudah tak akan lagi di sini.
ya, saya tidak sedih. biar saja. ini bukan sebuah perpisahan, bukan? ini adalah awal dari hidup yang baru. seperti tangal satu di bulan januari yang sarat dengan niat dan janji kecil yang ditatahkan di dalam hati.
tapi, tetap saja saya tak bisa membohongi hati kecil saya bahwa saya bakal kehilangan belahan jiwa yang selalu mengukir gelak dan cela; sembari menyecap kacang ijo maupun biskuit lemon.
sebentar lagi, sebentar lagi. “teruslah melangkah….” kata saya; saat ia berusaha mengatakan bahwa berat meninggalkan pabrik ini, dan juga saya.
ia pun membisikkan rahasia kecil untuk bertahan di pabrik kata-kata ini.
“kalau kamu tidak nyaman dengan pekerjaanmu, cintailah orang-orang di sekitarmu. kalau kamu masih merasa tak nyaman dengan keduanya, cintailah tetanggamu. kalau kamu masih merasa tak nyaman juga, cintailah potret atau pigura di dalam kubikelmu. kalau kamu masih juga merasa tak nyaman, cintailah bunga di vas diatas mejamu …”
ya. ya.
hari ini saya belajar satu hal dari bisikan rahasia kecil itu. dan saya mendengungkannya di kuping sepanjang hari saya piknik di kubikel berantakan saya. dan saya akan terus mendengungkannya.
saya tahu ia tengah menguatkan saya. dan juga menghibur dirinya sendiri.
2009-08-19 » Femi Adi