Saya tidak pernah berbincang dengannya seumur hidup saya. Dan saya justru selalu menghindarinya. Ya, saya selalu menghindarinya. Hingga esti, kakak saya, berbincang dengan salah satu kerabatnya –yang entah siapa namanya. “saya adiknya …” kata esti, menjawab apa yang ditanyakannya. Kebingungan membersit. Kami memang nyaris tidak pernah menguarkan identitas kami pada mereka, mereka, mereka dan mereka. […]
Comments Off »
Read the rest
Selalu ada yang menggelikan, kendati itu dalam suasana yang sedang engga enak; saat kematian mbak wiwik, kakak saya. Salah satunya, saat kami menata tubuh mbak wiwik. Meja besar harus diangkut keluar dan digantikan dengan yang tandu untuk memudahkan pengangkatan ke dalam ambulance. Tubuh kakak saya sudah diangkut. Meja besar sudah dikeluarkan. Keranda dijejerkan di sebelahnya. […]
Comments Off »
Read the rest
Mas yatno dan didit, mbak wiwik tidak pergi, tetapi pulang. Begitu saya membubuhkan tulisan tangan pada cuilan kertas untuk didit dan mas nano, keponakan dan kakak ipar saya. Ya, mbak wiwik, kakak saya, meninggal. Berbeda dengan kelahiran yang dinanti-nanti, kematian justru sebaliknya. Kematian acapkali menjadi ruang yang mengerikan untuk dibincangkan. Kematian sering menjadi tudingan ‘ketakutan’ […]
Comments Off »
Read the rest
saya engga pernah membayangkan makan gurita. rasanya … mmm … yacks! tapi saya pernah menjajal sekali setelah ‘tertipu’ oleh cihuy nya foto di sushi tei. hehehe … ya, baby gurita kalau engga salah ingat namanya. dan saat menelannya, saya dan yusri, kolega saya, harus buru-buru menggelontorinya dengan air. membayangkan guritanya gitu lo … engga nahan! […]
Comments Off »
Read the rest