how about a cup of coffee?
Wednesday 13 October 2010 - Filed under friends from heaven + kubikel + kuliner
ya, saya biasa membikin black coffee di web lounge **meminjam istilah yang jamak dipakai oleh imel, kolega saya** saban pagi atau sore. pun, saban saya pesan di warung kopi. juga, saat di rumah. selalu sama. black coffee. bagi lidah saya, merasakan kopi se-kopi-kopinya kopi adalah mencecapnya tanpa gula. kalau rasanya pahit- asam, ya memang begitu.
melitta membantu saya menyeduh kopi hitam. dengan filter paper, saya mendapatkan secangkir kopi hitam robusta, arabika, toraja, aceh, maupun bali. dan selalu, air panas tidak pernah datang dari dispenser, tetapi dari gelegak air dari panci listrik diatas meja; air yang sungguh-sungguh mendidih.
air matang datang untuk dua cangkir, atau kadang tiga cangkir. fresh! dan tak satupun butiran kopi mengambang di permukaan cangkir. yang tercelup disana hanyalah perbincangan yang hangat, gelak tawa, rasan-rasan, hingga setumpuk editan. sruputan menyeruak diantara cetak-cetok jemari diatas papan kunci, juga disela-sela reriungan yang hangat yang membincangkan ini dan itu.
dan saban cangkir kopi selalu menghadirkan kehangatan persahabatan. saling menitipkan rahasia. saling menyimpan cerita. hingga kelak akan mencatatkan kerinduan untuk kembali duduk, memasak air panas, menggerojokkan kopi dalam cangkir, mencecapnya dengan penuh keriangan.
so, how about a cup of coffee?
tawarannya sederhana saja: secangkir kopi, duduk, dan berbincang di web lounge.
(ps: lama tidak membikin espresso dengan moka pot, dan menggelontorkan kopi dari gelas ciliknya. aih, saya jadi kangen si beib)
2010-10-13 » Femi Adi