Saat kesedihan itu datang lebih awal
Monday 29 November 2010 - Filed under friends from heaven
Ada banyak hal yang menyenangkan yang saya unduh bersamanya.
Perjalanan ke jogja, reriungan hangat di balkon lantai 29 saat ujung minggu tiba, perbincangan yang bhangat soal pekerjaan, kehidupan, persahabatan hingga soal remeh temeh percintaan. Adakah yang lebih baik dari itu? Tentu saja tidak. Persahabatan, pertemanan, dan saling pengertian yang kami bangun sejak enam tahun silam, selalu membuat jejalin ini lebih indah ketimbang kisah cinta yang menye-menye.
Dia mengajari. Saya mengajari. Dia memberi. Saya memberi. Dia meminjamkan bahunya. Saya meminjamkan bahu saya. Dia mengulurkan tangannya. Saya mengulurkan tangannya. Dia memberikan lelucon. Saya memberikan lelucon. Dia meminta. Saya meminta. Kami saling berbagi.
Gelak. Rindu. Peluk. Tangis. Ceria. Senyum. Hari. Lega. Amuk. Sedih. Isak tangis.
Kelegaan lain datang dari teh panas dengan susu yang selalu kami sruput bersama, pagi di ujung minggu. Ditengah perbincangan kami, suguhan pemandangannya pun selalu sama: alat berat, crane dan tumpukan material di kawasan megakuningan yang terus menggeliatkan perekonomian indonesia.
Semuanya akan tetap terekam di benak saya. Sampai kapanpun.
Meski berulangkali gambar kapal itu muncul, bersandingan dengan gambar ikan di laut maupun padi-padian. Ya, gambargambar itu adalah tanda kepergiannya. Berlayar. Menjauh.
Ini adalah kesedihan yang datang lebih awal ketimbang ucapan selamat tinggal yang pernah ia lambaikan kepada saya, tahun lalu. Kartukartu itu adalah isak tangis yang saya petik sebelum ucapan selamat tinggal itu datang.
Dan harihari ini adalah harihari yang sarat dengan perpisahan, termasuk dengannya.
Mister bathtubs.
2010-11-29 » Femi Adi