bapak tua penambal ban di depan apt. shangri-la
Saturday 3 December 2011 - Filed under isu indonesia
tubuhnya kecil. kulitnya sudah mengeriput. tangannya tak lagi kekar.
dia selalu mengenakan pakaian yang sama: celana hitam yang panjangnya tak lebih dari mata kaki, dan kemeja cokelat muda. sepeda yang digowesnya selalu sama: bmx yang sudah berkarat.
ia selalu ada di trotoar di depan apt shangri-la saat jam pulang kerja mulai membanjiri jalanan dengan pengendara mobil dan motor. ia menandai keberadaan dirinya dengan ban sepeda motor yang dipajangnya di tepi trotoar. sepeda bmx-nya selalu menyandar dinding pagar apartemen mewah itu.
saya selalu berharap kendaraan saya kempes tak jauh dari tempat nongkrong bapak tukang tambal ban itu. saya ingin berbincang dengannya.
lebih dari setengah tahun saya melajukan kendaraan saya, tak pernah ban motor saya kempes di dekatnya.
keberadaannya selalu mengusik saya. barangkali karena kadang ada lebih dari dua kendaraan yang antri ditambal olehnya dalam waktu yang bersamaan. barangkali karena kekontrasan apartemen mewah dan adanya pak tukang tambal ban ini di satu area yang sama. barangkali karena ia juga tetap bertahan disana, tanpa kompresor besar melainkan dengan pompa angin genjotan dengkul dan tangan, dan api yang menyala kecil untuk memberi tenaga tambalan bannya.
barangkali karena ia tetap bertahan dengan payung hitam lusuh dan berlubang saat hujan mengguyur kawasan itu.
sekali waktu saya melihatnya menggenjot sepedanya. tanpa membawa alat penambal ban yang sederhana itu. lepas maghrib. ia terlihat berasal dari tempat nongkrongnya.
ya, saya sangat ingin berbincang dengannya. dengan bapak bertubuh kecil itu, bapak penambal ban.
2011-12-03 » Femi Adi