bike trip: menyerah di tanjakan makcik juminten
Sunday 19 February 2012 - Filed under friends from heaven + kegemaran + pit-pitan
tanjakan di kilometer-kilometer terakhir itu sungguh bikin patah hati.
saya pun memilih untuk menyerah di tanjakan makcik juminten; saya buru-buru mengepak basikal (sepeda, malaysia) saya ke truk, dan saya duduk manis di belakang pak supir. lihat, saya sudah kesulitan untuk berjalan lantaran kram sudah mendominasi dengkul, paha dan kempol saya.
mungkin ada sekitar 40 orang yang bernasib sama dengan dengkul saya, dan sama patah hatinya dengan saya. saya bisa melihatnya di ambulans yang sesak dan truk yang penuh.
awalnya adalah teriakan `polis-polis` di negeri jiran yang menghela kami di awal tannjakan, agar mempercepat gowesan di jalanan yang menaik itu. sial. bagaimana bisa ngebut di tanjakan juminten begitu. sejumlah perempuan di depan saya terlihat turun, dan menuntun basikal. ah, saya pun melakukan hal serupa. ada teman.
saya tak keberatan untuk berjalan di sepanjang tanjakan. hanya saja, pak pakcik polis itu terus membujuk-bujuk untuk menaikkan basikal ke atas trruk, dan meriung bersama yang lain di dalam kendaraan. masih ada dua bukit lagi, katanya.
ah, kejadian jogja-borobudur lagi dah.
di awal tanjakan, om peksi mengingatkan saya pada om heru, yang selalu menyapa “hallo femi …” saban menyalip saya di tanjakan. saat itu, om peksi juga berujar, “hai femi …” owh my gosh!
mendekati area finish, beberapa pegowes minta untuk menggowes lagi dan minta sepeda diturunkan. sedap. saya pun ikut menggowes kembali.
makcik, pakcik, jumpa lagi lain waktu!
2012-02-19 » Femi Adi