Content

when writing the story of your life, don't let anyone else hold the pen

ibu tersenyum ketika tertidur

Saturday 23 October 2004 - Filed under cerita bumijo

ibu pas muda

ia tertidur. terbujur. ia tersenyum ketika tertidur.

selama satu tahun, ia tidak bisa tidur di kasur. ia tidur di kursi. badannya merapuh. badannya lunglai oleh rapuhnya tulang yang tak bisa lagi menyangga jiwa. memandanginya, aku hanya bisa tersenyum saja.

tapi aku setia padanya. aku menungguinya setiap malam, memastikan bahwa ia tidur dengan nyenyak, meskipun aku tahu ia tidak pernah tidur dengan nyenyak sejak ia harus tidur dalam posisi duduk.

kadang aku tak tidur demi menunguinya tidur. aku merasa beruntung punya penyakit insomnia. memandanginya tidur, untuk sekadar melihat perjuangannya bertahan dalam hidup. aku tau, ia tidak semestinya begini.

kadang ia terbangun, minta segelas air. atau sekadar melamun. atau membiarkan pikirannya kosong. lalu ia tidur lagi. begitu seterusnya. dia luar biasa bagiku. aku selalu ingin ada, ketika ia bangun. melayaninya, seperti ia melayaniku dulu dan mencntaiku dengan utuh.

hingga ia akhirnya kembali seperti kebiasannya semula, tidur di kasur, bergumul dibawah hangatnya selimut. tapi ia terluka. badannya serasa dipukuli. aku tahu, badannya tidak lagi biasa berbaring diatas kasur yang empuk. biasakan lagi, kataku. ia meringis, menahan sakit membujurkan badannya.

dan hidup berjalan normal kembali.

tapi tidak lama. karena ia harus kembali memejamkan matanya dengan duduk di kursi. ia menahan sakitnya kembali, dan rasa capek yang berkepanjangan. aku tidak pernah bosan memandanginya, dan berusaha mempercayainya. tapi tak sepenuhnya bisa demikian.

siapa disebelahmu? kok ada orang cantik?, tanyanya tiba-tiba dalam sebuah malam. kupikir ia mengigau ditengah tidurnya. barusan aku memperhatikannya, dan ia tidur dengan wajah yang lelah. aku sedang belajar. nggak, aku yang cantik, nggak ada siapa-siapa disini, jawabku. dan aku menangis.

dihari lain, dan aku menidurkannya di ruangan lain di rumah yang lain. kali ini bukan dirumahnya. ia tidur, ia berusaha tidur. sungguh aku tak ingin kehilangan satu kedipan mata pun, demi melihatnya.

ia melambaikan tangan, berusaha mencariku dan mencari seseorang lain. aku menangis. aku berteriak. aku ingin ia tidur, bukan melambai dan mencariku dan mencari seseorang lain. ia menutup matanya, dan aku berusaha menenangkan diriku.

malamnya, ia tidur. terbujur. dia tersenyum ketika tertidur. ia memberikan senyumnya pada setiap orang yang datang menyapanya. aku menatapnya. ia tersenyum, dan terus tersenyum padaku. tapi senyumnya bukan senyum kelelahan, senyumnya adalah senyum kebahagiaan, karena ia tidur di rumahnya, dan dirumahNya.

ia adalah ibuku.

Tagged: » » » »

2004-10-23  »  Femi Adi