perasaan ‘nyaman’
Monday 20 July 2009 - Filed under cerita bumijo + friends from heaven
mendadak, ungkapan ‘nyaman’ itu muncul begitu saja dalam perbincangan kami.
“aku nggak bisa mendefinisikannya, fem. hanya saja, perasaan nyaman itu ada. tidak posesif, tidak cemburu, tidak marah, tidak gelisah … ya, nyaman, fem,” katanya, dalam sebuah acara makan siang yang singkat.
saya terus mengupingnya, tentang sosok nyaman yang belakangan kerap menyambangi ruang hatinya. pun, ia tak akan pernah menyangka mendapatkan kunjungan sosok nyaman itu. baginya, relasi yang ia jalin selama ini cukup nyaman meski tanpa tanda di kening, ungkapan selamat pagi dan sapa hangat saat tubuh mulai mengasup energi di malam hari.
“aku banyak menemukan orang yang baik. tapi yang nyaman, … tidak semua orang baik itu bisa membuat nyaman,” imbuh sahabat yang membeberkan tentang sosok nyaman yang pernah sebentar menjejak kehidupannya.
tak mudah menemukan rasa nyaman.
nyaman berarti tak menyimpan gelisah. tak menciptakan lara. tak memendam luka. tak membungkus khawatir. tak menggudangkan cemburu. tak menyembunyikan rahasia.
nyaman juga berarti tumpukan ketenangan batin. kegembiraan yang dibuncahkan tanpa keriuhan. rasa hangat yang terus tinggal dan menetap.
pun saya.
saya jamak menjumpai rasa nyaman itu pada orang-orang yang begitu baik yang melingkari kehidupan saya; sahabat-sahabat saya dan juga esti, kakak saya. sapa hangat di ujung minggu, bahu dan kuping yang siap untuk merebah sejenak dari rasa penat, pelukan yang menenangkan.
terimakasih untuk kalian, ya, kamu, perempuan bertato di punggung dan juga laki-laki hangat yang sebentar mengiris malam di ujung minggu ini; mengingatkan saya agar selalu bersyukur karena dikelilingi oleh tumpukan kenyamanan yang amat sangat, dan mencoba untuk mencoba untuk menyingkirkan ketidaknyamanan yang sering muncul sebagai kejutan-yang-tak-pernah-saya-harapkan.
2009-07-20 » Femi Adi
20 July 2009 @ 1:27 am
seperti kopi item panas bertakeran pas, di ruang berAC, hadir di ujung malam, kala sendiri.