pesan seorang ayah pada anak lelakinya
Saturday 7 October 2006 - Filed under friends from heaven
seorang anak muda mulai menjajal hidup. merantau dari satu negeri ke negeri yang lain. menikmati matahari terbenam tanpa tahu kapan matahari terbit. mengukur koordinat laut dan merenangi lautan. pesan sang ayah pada anak lelaki semata wayangnya:
jika kamu ingin karir dan pekerjaan kamu beres di kantor, tolong, lebih baik tidak menjalin hubungan apapun dengan rekan sekantor. buntutnya bisa panjang dan promosi karir kamu akan mandek di tengah jalan. jangan rusak karir kamu.
bersenang-senanglah diluar. tanah yang kamu pijak diluar bukanlah tanah leluhurmu. berbuatlah sesuka hatimu. tempat dimana kamu hidup nanti bukanlah tempat kamu bertumbuh dewasa. pesanku nak, jangan berbuat apa yang kamu perbuat di tanah orang, di tanahmu sendiri atau tempat kamu tinggal. jangan rusak tempat asal kamu.
jangan minum di rumah sendirian. hari ini, kamu membeli gold label. besok, kamu minum satu sloki. besoknya lagi, minum dua sloki. besoknya lagi, kamu minum lebih dari itu, dan terus menambah volume minuman. jangan. jangan, nak. minumlah bersama dengan teman-temanmu. saling kontrol dan kamu punya teman untuk berbagi.
dan benar, lelaki muda itu memegang teguh pesan yang dibisikkan oleh sang ayah, sesaat sebelum meninggalkan kota asalnya, NYC.
hingga saya menemukannya. ya, menemukan lelaki muda itu.
“apapun bisa terjadi di kantor saya, femi. seorang perempuan muda mendekati saya. mencoba menelisik apa saja yang saya lakukan di negeri ini. tidak … tidak… saya ingat ayah saya. bila toh dia adalah perempuan tercantik di negeri ini, saya tak ingin menikahinya karena dia berada satu kantor dengan saya. tidak. saya tidak ingin merusak karirnya dan karir saya!” tukasnya cepat.
black dilmah tea yang dicampur dengan susu dancow putih yang kami tenggak, sudah hampir habis. sementara, percakapan kami mengenai affair di kantor, pekerjaan, pasangan hidup, jejak masa lalu, rencana esok hari, … belum juga usai. betapa lelaki muda yang mengarungi lautan itu teguh dengan pesan sang ayah.
(saya jadi ingat ujaran yang mampir di telinga saya, saat rapat redaksi di kantor saya. “jangan memancing di kolam sendiri …” artinya, jangan pacaran dengan orang sekantor)
“juga, femi, jangan mabuk, minum dan melacur di kota asal kamu. dunia ini sempit, bukan? dalam kegelapan, kamu tak akan bisa meraba dan mengetahui bahwa tetangga sebelah rumah bekerja di sebuah bar tempat kamu kongko. dan bila di suatu malam kamu mabuk berat … berita yang tersebar bulanlah ‘semalam femi mabuk berat’ … tetapi ‘femi itu pemabuk’ … jadi, berhati-hatilah. lakukan itu bukan di kota asal kamu,” katanya lagi.
saya berpikir soal pesan pertama sang ayah.
saya juga berpikir soal pesan kedua sang ayah.
abang. ya, tuturnya seperti abang yang tengah menasehati adiknya yang tengah bertumbuh dewasa. saya merasakannya. ya, rasa itu seperti guyuran air hangat di shower kantor yang mengucur setitik demi setitik, namun hangat dan meyegarkan tubuh. seolah, segarnya air bening nan bersih itu mengantarkan tubuh pada sebuah dunia yang mahabesar menanti di depan sana. tetapi kali ini, dia tak hanya menghangatkan tubuh saya saja, tetapi juga menghangatkan jiwa saya. saya, anak kecil, perempuan 26 tahun tanpa asuhan ayah-ibu. hanya pengamatan kakak dari negeri seberang.
tiba-tiba saja saya ingin memeluknya. saya ingin membawa haru saya pada malam diluar yang menggigit dingin, ingin mencatatkan pesan sang ayah pada benak yang terus bergerak.
abang. ya, saya menemukan abang. yang selalu berpesan dan menularkan petuah bijak sang ayah pada adik kecilnya yang tengah bertumbuh.
saya memeluknya erat sembari melepas sebongkah harap, semoga abang menuntun saya pada sebuah kebaikan dan jalan hidup yang lebih baik.
(mmm … sesungguhnya saya agak canggung melekatkan kata ‘abang’ pada lelaki muda itu. soalnya, saya termasuk adik kecil yang pemilih kalau untuk urusan memilih abang. tak banyak yang saya panggil dan saya jadikan abang. kalau lelaki muda itu … saya harus menemukan senja untuk bertanya apakah dia adlalah abang baru buat saya. dalam hati saya berbisik: Tuhan, tolong beri saya satu abang lagi … )
2006-10-07 » femi adi soempeno