Content

when writing the story of your life, don't let anyone else hold the pen

dua supir berebut ruas kelokan pasar palmerah

Thursday 22 October 2009 - Filed under ragam cuatan

Hari sudah menggelap. Saatnya pulang ke rumah sewa.

Acara-menyebrang-jalan menjadi momen yang selalu mendebarkan untuk saya. Duh, sudah tua begini, masih saja takut nyebrang jalan. Ya; sejak kecelakaan kecil tahun lalu saat menyebrang jalan, acara-menyeberang-jalan selalu menakutkan.

“Tenabang??” Tawar mikrolet; dengan sopir laki-laki setengah baya. Ia pun sabar menanti saya membelah jalan dengan begitu lama.

Dua perempuan naik di tikungan pal 7, membonceng mikrolet yang saya tumpangi. Tak lama, seorang laki-laki bertubuh gempal langsung nangkring, duduk di depan. Menyusul, seorang perempuan berpakaian daster mengkilap dan kardigan merah dengan mendekap tas LV, juga naik.

Dalam perjalanan ke slipi, satu per satu penumpang turun. Kecuali saya dan laki-laki bertubuh gempal itu.

Di tikungan pasar palmerah, mendadak laki-laki itu melompat turun saat mikrolet tengah sbentar ngetem menunggu penumpang. Ow! Dia mencegat taksi ekspress sebelum membayar ongkos mikrolet. Mendadak pula, si taksi mandek dan memacetkan jalan.

Si laki-laki dengan tubuh gempal itu pun kembali ke mikrolet untuk membayar; sementara si taksi sedikit meminggirkan sedan putihnya. Malang, tumpukan tanah galian kabel menyusutkan ruas jalan. Menjadi lebih ciut. Menjadi lebih sempit.

Laki-laki dengan tubuh gempal ini terang saja kesusahan untuk masuk ke dalam taksi dari pintu sebelah kiri. Alhasil, saat membuka pintu dari sisi sebelah kanan, bersamaan dengan injakan pedal gas supir mikrolet tumpangan saya.

Scretttttkkkkk …

Bibir pintu taksi yang terbuka berdecit dengan bodi mikrolet; terseret satu meter. Makin rusak. Makin rusak. Rempal. Ringsek. Remuk. Mikrolet menggelinding maju, bibir pintu taksi makin mendeccit dengan bodi mikrolet; meringsekkan engsel pintu taksi. Saya tak bisa menahan teriakan kecil saya. oh my gosh!

Taksi yang pintunya terbuka di sisi kanan belakang, berebut ruas jalan dengan tubuh mikrolet.

Saya buru-buru membayar ongkos mikrolet, turun dan berjalan bergegas menuju slipi.

Semoga ada jalan terbaik untuk dua supir yang tengah mengais rupiah untuk keluarga mereka di rumah.

Tagged: » »

2009-10-22  »  Femi Adi