Content

when writing the story of your life, don't let anyone else hold the pen

Klonning kok bangga

Sunday 10 July 2005 - Filed under kubikel

Saya barusan berseteru pendapat dengan seorang teman, tentang kloning.

Kloning adalah membikin ganda rekaman kaset pada narasumber. Atau, bisa juga si wartawan malas datang untuk doorstop si sumber, dan memilih untuk menjiplak transkripan teman. Tentu saja, klonning ini dilakukan agar nggak dimarahin si boss lantaran telat datang untuk doorstop maupun malas cari berita. Huh!

Menurut teman saya, sah-sah saja kalau klonning. Soalnya, banyak alasan kenapa si wartawan memilih klonning. Pertama, tape yang dipegang oleh si wartawan nggak menjangkau suara narasumber sehingga suara yang dihasilkan kabur dan nyaris nggak terdengar. Kedua, si wartawan terlambat datang untuk menyetop narasumber dan mencecarnya dengan sederet pertanyaan. Bisa jadi, keterlambatan ini karena kemacetan di jalan atau banyaknya orang yang mesti disodorin tape, atau memang sengaja datang terlambat karena malas. Ketiga, si wartawan sudah mengkondisikan dirinya bermental klonner dan menyukai aktivitas ilegal ini.

Memang, dalam UU pers nggak ada yang mengatur soal penjiplakan hingga klonning. “jadi, kamu nggak mau kasih tape kamu kalau ada yang minta klonning, dan kamu juga ga mau kasih transkripan kamu kalau ada yang minta?” tanyanya. Ooo … saya sih welcome-welcome aja kalau mau ada yang klonning. Hanya saja, ada satu-dua teman yang dengan bangganya menyukai strategi pencarian berita macam ini. “klonning aja ah. Ini mah sudah mental saya …” seloroh seorang teman yang hobi klonning. Jadi, klonning bukan lagi menjadi deretan dari beberapa pilihan, tetapi sudah mengakar dari mental si wartawan.

Payah juga.

Tagged: » » » »

2005-07-10  »  Femi Adi