selamat menikah!
Friday 19 January 2007 - Filed under cerita cinta
“tanda tangan dibawah, jangan lupa ya,”
“oke … sekarang tanggal berapa ya?”
“tanggal 19 januari 2007 …”
Tanggal 19 Januari 2007? Gosh! Hari ini kamu menikah!
Linda, customer service Telkom di Jogja seperti memberi kejutan kecil pagi tadi, tepat pukul 10.00. Saya sedang menghitung berapa banyak tabungan saya yang terkuras sia-sia, saat kemudian tanggal yang ia sebut mengingatkan saya bahwa hari ini kamu menikah.
“mbak, udah?”
“owh … iya, sebentar,”
Lelaki chubby dengan suara elok, hari ini kamu menikah. Saya tahu persis, hari ini kalian saling mengamitkan kelingking dan mengucap sebuah janji setia hingga maut memisahkan kalian kelak. Desember lalu, saat saya mengira hari itu adalah hari bahagia kalian, ternyata saya salah. saat ini, ketika saya sudah melupakan tanggal kamu menikah, bahkan nyaris tak mengingatmu, kenapa Linda justru mengingatkan saya? bah.
Lelaki chubby dengan suara elok, hari ini kamu menikah. Iya, kamu sudah melabuhkan sampanmu pada perempuan yang sudah sejak lama kamu kasihi. Mengenakan pakaian adat, bersujud pada lutut orang tua, dan memasangkan cincin di jemari. Indahnya. Kelak, saya juga akan merasakannya. Tetapi, tidak untuk saat ini. Juga, tidak denganmu. Tahu kenapa? Karena saya tahu, bahkan mungkin kamu juga tahu, hidup seringkali berjalan serasi seperti cetak biru yang pernah kita rencanakan.
Lelaki chubby dengan suara elok, hari ini kamu menikah. Saya masih ingat persis bagaimana dulu kita bertemu. Dua wartawan yang tengah mencari ‘mangsa’ di gedung pajak di bilangan gatot subroto. Menjalin hari di gedung DPR/MPR, menggigit roti yang dibungkus dari daily bread, dan menghitung bintang dari lorong gelap di Taman Ismail Marzuki. Bahkan, kerenyit dahi, sunggingan senyum dan gelak tawa mu pun masih saya ingat.
Lelaki chubby dengan suara elok, hari ini kamu menikah. Hingga suatu malam kamu bincangkan cetak biru hidup kamu yang kamu tata rapi bersama saudara-saudara kamu. Pernikahan. Iya, waktu itu seloroh yang muncul diantara kalian ialah urutan kacang siapa yang lebih dahulu menikah. Dan urutan itu jatuh padamu. Dan kini masa itu datang. bukan dengan saya, tetapi dengan perempuan lembut yang kamu pilih untuk menghabiskan usia hingga senja tiba.
Saya, dan kamu, belajar banyak dari jejalinan ini. hari ini kamu menyambut fajar dengan secercah senyum. Kamu akan dipanggil ‘suami’ oleh istrimu, dan ‘ayah’ oleh anak-anakmu. Sementara, saya masih asik menggunting senja di rerungan kecil teras plasa senayan bersama dengan teman-teman. Kamu tahu, betapa si pemilik hidup selalu memberikan yang terbaik pada makhluk ciptaanNya.
Dan … selamat untuk menjadi ‘suami’ sekaligus ‘ayah’.
(ps: Linda, mestinya saya nggak nanya sama kamu hari ini tanggal berapa. Saya sudah berhasil mengatasi perasaan seperti ini sejak beberapa bulan di ujung tahun 2006. Kamu tahu Linda, perih ini masih sesekali datang berkunjung!)
2007-01-19 » femi adi soempeno