bagaimana rasanya
Sunday 7 March 2010 - Filed under cerita bumijo
Esti, kakak saya, membincang sendiri. “Bagaimana rasanya nanti malam mas yatno dan didit pulang; dan engga ada mbak wiwik disini,” katanya.
Mbak wiwik, kakak saya, meninggal dalam tidurnya, pagi tadi. Tanpa pesan. Tanpa peringatan. Tanpa ucapan selamat tinggal.
Lantas, bagaimana rasanya jika nanti malam mas yatno dan didit pulang, dan engga ada mbak wiwik disini? Ya, rasanya pasti engga enak banget!
Rasa itu pernah saya unduh, empat tahun silam. Saat kaki memijak ke dalam kereta ekonomi; perjalanan pun tak senyaman biasanya. Tak ada lagi rangkaian acara makan malam dengan ayah dan berbincang sejenak dengan sejumlah kerabat di jogja. Hanya naik kereta jes jes jes jes … dan mengatupkan mata sebentar untuk membuang resah.
Dan saat kaki memijak di lempuyangan. Duh, hati saya kemrenyes. Perih. Luka. Pedih. Dan butiran bening langsung menetes dari ujung mata saya. Rasa buru-buru itu mendadak menciptakan kebingungannya sendiri. Biasanya saya berlari memburu kendaraan atau tukang becak untuk bergegas pulang. Tapi …
Dan saat anak kunci memutar ke kanan, tak seorang pun di rumah. Kecuali rasa rindu yang menyengat; rindu pada ayah.
Kemungkinan, rasa ini juga akan diunduh oleh didit dan mas yatno.
2010-03-07 » Femi Adi