Content

when writing the story of your life, don't let anyone else hold the pen

kisah gerbong tua

Sunday 4 September 2005 - Filed under cerita bumijo + cerita pjka

Biasanya, aku meletakkan foto diri di desktop notebook ku, tapi barusan aku mengubah tampilannya.

Yacks, aku hampir melupakan foto ini, kendati aku nggak akan pernah lupa ‘content’ dari gambar tersebut. Foto-foto yang lainnya, yang menyertainya, aku sudah enggan membukanya. Maklum, jantung ini rasanya berdegup lebih kencang bila melihat satu folder khusus bersama rangkaian foto ini.

Mmmm, itu adalah foto kereta api. Mungkin kereta api kelas eksekutif, tapi mungkin juga kelas bisnis. Yang jelas, aku mengambilnya saat dinihari, di stasiun Tugu jogja. Saat itu aku baru mengenalnya. Saat itu aku belum pacaran dengannya. Orang menyebutnya dengan PDKT alias pendekatan.

Tapi aku ingat persis, malam itu adalah malam yang sungguh menyenangkan (saat itu). Aku tiba di Jogja pada 29 Oktober 2004, untuk pelepasan mahasiswa fisip. Malamnya, aku menjemputnya di rumahnya, lalu kami menengok jogja. Sehabis jalan-jalan mengobati rasa rindu pada jogja, kendaraanku melaju ke stasiun. Awalnya sih Cuma maunumpang pipis. “Lomba yuk, cepet-cepetan keluar dari kamar mandi!” tantangku padanya. Toh, ia kalah juga. Kantong kencingnya gede juga.

Obrolan rasanya nggak bisa dihentikan. Ketika ngobrolin tentang makanan, jadi ngalor-ngidul ke makanan jogja, makanan surabaya, makanan jakarta, makanan kesukaan keluargaku, makanan kesukaan keluarganya, masakan ibunya, masakan yang biasanya aku beli, pola makan sebagai anak kos … Ketika ngobrolin soal pekerjaan, nggak karuan juntrungannya ngomongin kerjaan si anu, payahnya pekerjaannya, letihnya pekerjaanku, impian bekerja di jakarta, impian bekerja di international children NGO … Sayangnya waktu terus berjalan. Dan obrolan itu berlanjut hingga sahur tiba.

Kami nggak berfoto berdua saat itu. Hanya saja, aku memotret sebuah gerbong yang mandek. Yang nggak berpenumpang. Iseng saja. stasiun tampak sepi pagi itu. Seperti kuburan yang tak berjejak. Yang tetap berjaga adalah pedagang minuman dan makanan, siapa tahu ada orang yang kelaparan tengah malam. Saat itu aku (atau kami … kok aku lupa yah) memesan minuman di Kindy’s doughnuts.

Gerbong tak berpenumpang yang sebentar mandek di stasiun tugu jogja. tapi ternyata itu mengingatkanku pada banyak hal. Paginya, aku wisuda, tanpanya.

2005-09-04  »  femi adi soempeno