saya tidak pandai bikin pantun. bleki, kolega saya di pabrik kata-kata ini, sering menciptakan bualan dan celaan melalui pantun-pantun. ajaib, dan mengesankan. dan saya selalu ketinggalan. tapi saya mencobanya. ditengah keisengan dan kerinduan pada laki-laki dengan pjamas kotak-kotak merah, kegombalan itu mendadak muncul melalui larikan pantun. ikan lele berenang di kali berenang bersama dengan si uda aku rindu setengah mati rindu sama si abang nanda alih-alih dia, saya pun kegelian […]
Comments Off »
Read the rest
ulin, kolega saya, menulis dengan begitu ringannya di twitternya; sungguh aku ingin setia seperti pelangi selalu setia menunggu hujan reda… maknyes. hati saya mendadak dingin. adem. anyep. hati saya seperti mendapat gerojokan air hujan di malam yang terccacah oleh butiran bening. butiran air hujan dan butiran yang menetes dari ujung mata. betapa saya juga ingin […]
Comments Off »
Read the rest
januari yang basah, nyatanya tak membikin hati kami anyep. kami meriung di sini, dengan bahasa campur-aduk yang membikin kami sendiri menggelak hebat. bahasa si kecil yang tak saya mengerti, begitu pula bahasa saya yang tak ia pahami. hanya saya, dan lelaki dengan pjamas kotak-kotak merah yang mampu merangkainya. “dingin!” katanya saat itu, saat ia memilih […]
Comments Off »
Read the rest
rasanya masih saja sama, tertinggal seperti dua tahun silam, dan tetap memahat sejak enam tahun silam. dan saya memeluknya hangat. bahu yang kokoh, dada yang bidang dan respons pelukan hangat untuk saya. “mana pjamas kotak-kotak merah?” tanya saya. ia menggeleng pelan. “engga sekarang. kematian, masa bawa baju warna merah …” ya, ya, ya. dan sesudahnya, […]
Comments Off »
Read the rest