awalnya adalah hujan lebat yang membikin saya enggan memesan makanan. juga, tenggat yang nyaris habis. hingga saya menahan untuk tetap lapar; berharap di rumah menemukan kentang untuk saya goreng, dengan irisan sosis babi maupun telur acak. rupanya ada perut yang sama laparnya. “… naaa, bubur kepiting itu kayaknya menarik …” ooouch! thanks gosh, akhirnya […]
Comments Off »
Read the rest
mamak ubel-ubel, begitu saya menyebut tetangga rumah, seorang ibu yang sering mengenakan kain di kepala khas orang padang, tertegun melihat kedatangan saya dan kolega saya, melce. aduh mamak, jangan curiga dulu. kami datang pagi, dengan kantuk yang membebani kelopak mata dan rasa-ingin-tidur-segera. semalaman kami meriung di bubur kwang tung, kedai bubur yang saya sambangi dengan […]
Comments Off »
Read the rest
belakangan popeye membanjiri saya dengan teh, teh dan teh. sesudah mabroc tea, kini dilmah tea! popeye sungguh baik. tahu saya menyukai teh, dia menyisihkan teh kesukaannya untuk saya. so thanks! danke! vielen dank! maturnuwun! saya ingat persis bagaimana saya mulai menyukai dilmah tea ini. yaitu, sebentar menatap kagum pada kemasan yang cantik yang mengesankan teh […]
Comments Off »
Read the rest
keangkuhan itu mengemuka: lambang bendera sri lanka, dengan bubuhan di bawahnya: pure ceylon tea. tapi, barangkali memang harus angkuh untuk memamerkan kenikmatan teh yang dipetik dan dikemas di sri lanka, yaitu mabroc tea. teh teh teh … popeye, kolega saya, membaginya untuk saya, akhir pekan lalu. “teh dari sri lanka, buatmu,” katanya, sambil menyodorkan dua […]
Comments Off »
Read the rest