Content
when writing the story of your life, don't let anyone else hold the pen
Sunday 20 November 2011
-
Filed under
cerita cinta + friends from heaven + pit-pitan
“umur kamu berapa sih?”
“21 tahun … umur segitu kan lagi galau-galaunya …”
“galau …”
kami membahak, tergelak mendengar ‘umur 21′, dan juga ‘galau’.
mendadak, saya ikutan galau juga, bukan karena umur saya 21 tahun, tetapi karena umur saya sudah melampaui satu dekade dari usia itu.
“waktu umur 21, aku galau juga gak ya? ngapain ya aku umur 21 waktu itu?” saya mencoba mencari memori saya, sepuluh tahun silam.
sial. isinya memang kuliah, FIAT TV, pacaran, asik berargumentasi, memulai riset untuk bikin film, mencoba berpolitik, dan sejenisnya. ah, saya harus menggeledah memori saya kembali untuk masa-masa itu.
sebagian besar yang buruk dan menggalaukan hati di usia 21, rasanya saya sudah menguburnya. kini saatnya mentertawakan kegalauan masa itu. tapi itu bukan berarti saya tak galau lagi. soalnya, saat ini saya punya kegalauan yang lain.
saya mendadak rindu kembali ke usia 21 untuk merisaukan hati dan sibuk merancang mimpi.
sayang, usia itu tak akan kembali.
Comments Off ::
Share or discuss
::
2011-11-20 ::
Femi Adi
Monday 14 November 2011
-
Filed under
kubikel
Kami membicangkannya, Dan terus membincangkannya. Tahu, soal apa? Soal tangannya yang terus menari sepanjang hari tiada henti di kepalanya; entah, mencari apa disana.
Kami terus membikin guyonan tentang kelakuannya itu. “Ada komodo di kepalanya …” atau, “dia sedang mencari gorilla di kepalanya …”
entah, apa yang mengantarkannya pada aktivitasnya itu. Mungkin shampo yang tidak cocok. Mungkin ketombe yang sudah menebal. Atau bisa jadi, hanya iseng saja.
Sebentar. Iseng? Ah, bahkan dalam kondisi apapun, dimanapun, tangannya tak pernah berhenti beraktivitas. Duduk, berdiri, tetap saja tangannya tak pernah lebih dari sejengkal jaraknya dari kepalanya. Di depan komputer, di ruang makan, tetap saja begitu.
Hhiiy!
Comments Off ::
Share or discuss
::
2011-11-14 ::
Femi Adi
Saturday 12 November 2011
-
Filed under
cerita cidodol residence
petasan sudah di sulut. saya sudah mendengar bunyi genderang dan tetabuhan lainnya di depan rumah. menyenangkan. ada musik padang pasir di pagi hari. saya, belum mandi, meneruskan membaca koran hingga tertidur; pulas oleh alunan padang pasir itu.
mereka menikah. iya, anaknya tetangga saya.
saya tak menggerutu. sebaliknya, asik dengan reriuhan macam begini. setidaknya, saya masih bisa keluar-masuk kompleks. ya, saya sudah mengeluarkan kendaraan dari dalam rumah ke pekarangan depan, berjaga-jaga untuk bisa ngabur jika memang harus ngabur.
ditengah kesibukan seisi keluarga untuk berbenah ini dan itu, saya juga sibuk di dapur. mencuci ini dan itu, dan merapikan sejumlah barang.
brak braaak brakk gedubraaakkk braaakkk …
saya terperanjat, dan buru-buru melompat keluar, saya harap pengantinnya tidak tersangkut pup kucing maupun terpeleset pipisnya.
“tamannya jatuh … tamannya jatuh … ” tetangga saya berteriak spontan. maksudnya, pelaminannya.
saya kembali menyibukkan diri dengan pekerjaan-pekerjaan kecil di rumah.
sesudahnya, baca koran, dan tertidur pulas usai tetabuhan itu ikut menularkan gemanya hingga di dalam rumah saya.
Comments Off ::
Share or discuss
::
2011-11-12 ::
Femi Adi
Friday 11 November 2011
-
Filed under
friends from heaven
ide, sebenernya mahal atau murah sih?
sampai sekarang, benak dan hati saya tak cukup akur untuk hal ini. untuk menengahinya, saya biasanya berdamai dengan menyurungkan kalimat ini: tak semua orang kreatif; sebagian besar hanya membebek dan mencari untung dari kekreatifan orang lain.
kasihan. miskin ide. dan tak mengupayakan kekreatifan.
(kegundahan ini merespons kegundahan yang ditularkan oleh kerabat saya tentang rebus alias rencana busuk koleganya yang secara terang-terangan membebek gagasannya)
Comments Off ::
Share or discuss
::
2011-11-11 ::
Femi Adi