saya masih ingat persis kapan saya membeli arm warmer atau thermal sleeves: usai saya menggudangkan kisah merah jambu yang telah saya rangkai bersamanya selama empat tahun. dus, semahal apapun thermal sleeves itu, saya bungkus dah. kebetulan, mereknya primal; gambarnya tatoo naga berwarna. pokoknya superkeren dah. dipake engga melorot-melorot, juga ademan. waktu itu abang, kolegadi pabrik […]
Comments Off »
Read the rest
kepindahan ke hunian baru membikin saya harus mulai bersepeda kembali. iya, gowes ewes ewes … lama engga nyepeda, dan hanya diparkirkan di kolong meja saja. selebihnya, ya menjadi pajangan menarik saat cuatan kalimat dan buncahan paragraf menjadi hal yang menyebalkan. awalnya adalah soe yang belum kembali dari vietnam. juga, engga ada angkutan bermesin yang mengusung […]
Comments Off »
Read the rest
saya masih ingat betul bagaimana eny dan nino tergelak saat saya bilang saya akan bawa sepeda ke malang. barangkali terdengar lucu, dan aneh. saya belum pernah ke malang, dan dengan pede akan mengusung csl. apalagi, saya juga tidak tahu kontur daerah di malang. “ica aja kalau akan pulang kerumah selalu teriak, maaaa geret! …” ujar […]
Comments Off »
Read the rest
mengikatnya di batang pohon saja. saya berharap mengikat sepeda di pinggir jalan di indonesia adalah cukup aman. ya, aman. hari-hari pertama di berlin, rasanya senang melihat sepeda hingga vespa diikat dengan mantapnya di pinggir jalan. dengan gembok yang kokoh. tanpa rasa cemas, tanpa rasa takut. dan parkir sepeda di pinggir jalan itu seperti parkir mobil […]
Comments Off »
Read the rest