bus yang saya tumpangi menuju ubud belum datang. saya masih harus menunggu sekitar tiga jam. lumayan, bisa jalan-jalan di sekitar legian. tapi, opsi yang paling menarik memang makan siang di warung made. bosan sih, soalnya kemarin juga makan di warung made seminyak. masa sih sekarang makan lagi di warung made legian. tapi ketimbang berpanas-panas, lebih […]
Comments Off »
Read the rest
ternyata saya masih femi yang dulu. yang selalu cengeng, dan mudah menangis. humh. tak banyak yang tahu. saya ingat persis masa kecil dulu saat esti kerap dipukuli ayah karena bandel dan suka bikin saya ngak-ngek alias merengek sebal. kakak semata wayang saya itu memang sangat usil dan jahil. esti yang dipukul, malah saya yang menangis. […]
Comments Off »
Read the rest
esti selalu memiliki kejutan yang membikin saya geleng-geleng kepala. kali ini adalah rambut tambalan untuk kucirannya yang sangat pendek. bentuknya karet, namun yang mengitari karet itu adalah helai rambut yang menyerupai rambut asli. sehingga, kalau esti kuciran, dan mengareti dengan karet berambut tambalan itu, sepertinya rambut esti seperti dikonde dengan jeprikan-jeprikan rambut yang mengesankan. duh. […]
Comments Off »
Read the rest
“mbak, itu porsi nasinya untuk berlima lo … ” kata didit, keponakan saya. kami tengah makan di mboyong kalegan dan pesan sejumlah makanan untuk kami bertiga; esti, didit dan saya. tak banyak kok, hanya gurame besar, trancam, dan udang. rasanya “cukup masuk akal” untuk kami bertiga. awalnya, kami mau pesan tiga nasi. “eh, nasi cething-an […]
Comments Off »
Read the rest