belakangan, saya takjub dengan kubikel baru yang saya huni. jauh lebih mungil dari kubikel saya terdahulu. kali ini bagian saya hanya separo dari huruf L. ah, bayangkan, bagaimana harus meletakkan semua perkakas saya di locker yang juga berbanding lurus dengan ciutnya kubikel saya. bahkan, saya tak punya dinding pembatas (yang kemudian membikin kubikel) dengan tetangga […]
Comments Off » Read the rest
saya barusan mengintipnya. tidak. saya takut ini akan menciptakan luka baru. saya buru-buru membereskan perasaan saya. rasanya acara berhangat-hangat cukup sampai disini saja. humh, atau saya yang terlalu trauma?
obrolan kami sederhana. tentang remeh temeh kehidupan. tetapi, meski sederhana, ini menyenangkan. lebih dari sekadar menyenangkan, ini sangat hangat. hati saya hampir melumer karenanya. tidak, tidak. tapi saya tetap menjaganya. biar saja tetap membeku. saya mencermati caranya berbicara. lucu, dengan aksen jawa yang sangat kental. sesekali serius, tetapi banyak membikin saya terbahak. saya suka hangatnya. […]
Comments Off » Read the rest
angin mengarak pelan kerinduan ini. pada usia belasan, mengancik usia kepala dua. seragam abu-abu putih menjadi penanda bahwa ‘kami pernah berjumpa’. tidak sengaja. hanya secuil terik di boulevard UGM. ditengah teriakan ‘turunkan suharto’, tabuhan genderang itu menggelitik kuping, membinarkan mata. laki-laki dengan tabuhan genderang. saya harus berlarian mengejar ketertinggalan. pengetahuan tentang musik. ah, tidak. saya […]