tanjakan di kilometer-kilometer terakhir itu sungguh bikin patah hati. saya pun memilih untuk menyerah di tanjakan makcik juminten; saya buru-buru mengepak basikal (sepeda, malaysia) saya ke truk, dan saya duduk manis di belakang pak supir. lihat, saya sudah kesulitan untuk berjalan lantaran kram sudah mendominasi dengkul, paha dan kempol saya. mungkin ada sekitar 40 orang […]
Comments Off »
Read the rest
“baru ini aku jalan-jalan tanpa bawa kamera,” kata saya, pada tirta, kerabat saya. pada saya, dia bilang tak bisa plesiran tanpa kamera. ah, ya. tak apa. entah, saya hanya sedang malas membawa kamera besar. antara membawa dan tidak membawa, pada menit terakhir sebelum saya meninggalkan rumah, saya memilih untuk meninggalkan kamera dslr saya di rumah. […]
Comments Off »
Read the rest
saya berhenti sejenak di perempatan bukit bintang, kuala lumpur. saya tersenyum melihat iklan asuransi yang terpasang di bawah jalur monorel: life is great. ya, hidup begitu baiknya pada saya. saya selalu berterimakasih pada si empunya hidup, atas keberkahan ini. saya pernah ada di perempatan ini, lima tahun silam, bersama dengan ayah saya. kami sebentar plesiran […]
Comments Off »
Read the rest
ini saat yang tepat untuk menguji ketangguhan bungkus sepeda. saya sudah membungkus red-spicy saya ke dalam kotak sepeda saya. bungkusan saya memang tak sesempurna pegowes lain yang sangat mlipit mengepak sepeda. tapi bagi saya ini sudah cukup. ubo-rampe sepeda ada disana, mulai dari minyak rantai, kunci-kunci, hingga pompa. kotak sepeda ini sungguh cihuy. warnanya hitam, […]
Comments Off »
Read the rest