saya menyebutnya dengan lelaki dengan huruf L. dia adalah pengangkut mawar berwarna salem dari toko bunga di bilangan barito; warna yang saya-langsung-jatuh-cinta. dia sering menyebutnya dengan istilah yang menurutnya lebih beradab: mawar berwarna peach. *halah* membuka halaman putih ini, duh, itu ternyata sudah tiga tahun silam! tiga tahun juga usia jejalin ini. pertemanan, persahabatan. kami […]
Comments Off »
Read the rest
ponsel saya berdering pagi ini, memaksa mata agar terbuka untuk meraih ponsel, dan memencet ikon hijau, atau malah merah. nomor tak dikenal. +81 XXXXX dan dua kali ponsel berdering, dua kali saya memencet ikon merah. kemudian, saya meneruskan tidur pagi saya yang terganggu. dan ponsel berdering lagi. mau tak mau, saya mengangkatnya. “Halo …” jantung […]
Comments Off »
Read the rest
ah, bahkan saya tak ingin menuliskannya saking cuapeknya setengah mati. “kamu pulang lewat jalan darat naik mobil? bisa-bisa kamu sampai jakarta hari minggu!” seloroh esti, kakak saya. sialan ah. semoga itu bukan kutukan, kata saya dalam hati. tapi memang begitu adanya. entah kutukan, entah kebetulan. perjalanan dimulai jumat malam hari, saat bimo, ampu dan bram […]
2 comments »
Read the rest
langkah saya terpaku di pelataran makam keluarga besar. saya terdiam. pemandangan didepan mata sungguh membikin saya mendadak sedih. olala. tidak ada bunga di satu kijing pun. tidak di kijing simbah putri dan kakung, juga simbah buyut putri dan kakung. apalagi di makam ayah dan ibu saya. tidak ada. sementara, daun bambu yang mengering, berjatuhan dan […]
2 comments »
Read the rest