ini bukanlah upaya ekstra. tetapi sebuah kewajiban. ya, saya dan esti, kakak saya, menyambangi rumah ayah dan ibu. untuk menaklikkan doa. mengucap syukur. memohon ampun. pekarangan dengan tumpukan dedaunan kering. dinding yang melumut. aih, ini rupanya rupa rumah mereka setelah tak kami sambangi lebih dari sebulan. “ini bener-bener nyadran …” seloroh esti. bukan hanya bunga […]
Comments Off »
Read the rest
seperti biasa, tak pernah berubah. ya, selalu begini: dua buket kembang buat ayah dan ibu. rumah mereka tampak kotor. tak seperti menjelang lebaran yang selalu bersih. kali ini, daun-daun bambu yang mengelinting mengering, menutupi tanah yang menghijau lumut, licin. saya jadi tak khawatir melangkah. beberapa rumah tetangga ayah dan ibu, juga sama kotornya. dari kejauhan, […]
Comments Off »
Read the rest
langkah saya terpaku di pelataran makam keluarga besar. saya terdiam. pemandangan didepan mata sungguh membikin saya mendadak sedih. olala. tidak ada bunga di satu kijing pun. tidak di kijing simbah putri dan kakung, juga simbah buyut putri dan kakung. apalagi di makam ayah dan ibu saya. tidak ada. sementara, daun bambu yang mengering, berjatuhan dan […]
2 comments »
Read the rest
saya membungkus dua buket crysant. satu untuk ayah. warnanya putih. di bagian gagangnya, saya melekatkan pita putih. ayah, ini untuk ayah. dua bulan si bungsu tidak berjumpa ayah. dua bulan si bungsu tidak menengok rumah ayah. lihat, ada banyak daun kering disini. femi ambil satu per satu ya. humm … pakai tangan saja, karena femi […]
Comments Off »
Read the rest