yang membenak di kepala saya tentang wedang ronde adalah semangkok kecil kuah jahe dengan kacang tanah panggang, cuilan roti tawar berbentuk bujur sangkar, cacahan kolang-kaling merah, buletan ronde yang terbuat dari tepung kanji-tepung ketan dan aroma pandan-jahe-serai yang meruyak dari mangkok mini itu. maka, saya langsung menghentikan si krasnaya saya tepat di depan gerobak yang […]
Comments Off »
Read the rest
awalnya adalah ajakan untuk makan mendoan di barito. rasanya lama sekali tak menyambangi warung yang emplek-emplek di sudut jalan itu. “pork chop aja, di ya udah bistro …” katanya, dengan sedikit memaksa. yah, dan saya pun mengiyakan paksaannya mencicipi pork chop di ya-udah bistro. **makan babi, dipaksa, masa menolak sih** seporsi porkchop datang dengan irisan […]
Comments Off »
Read the rest
Keluarga saya begitu menyukai ‘sambel pecel cap kalkun untuk gado-gado. Merek ini begitu legendaries di keluarga saya. Kalau bukan kalkun, sepertinya racikan gado-gado tidak lagi mantap. Inilah yang terus membenak hingga saat ini; kalau masak gado-gado, bumbu pecelnya harus cap kalkun. Ibu membelinya di dalam pasar kranggan. Ada satu lapak yang sudah menjadi langganan ibu […]
Comments Off »
Read the rest
selalu ada gelak geli saban pergi dengan kakak saya. pun sore tadi, saat saya dan esti memutuskan untuk menepi di sate djono pejompongan setelah sempat ‘halusinasi’ karena kelaparan usai berburu celana panjang di mal ambasador. “ini tiga lontong, atau tiga porsi lontong?” tanya mbak sate djono. ah. sial bener. biasanya juga jualnya porsian, kenapa mesti […]
Comments Off »
Read the rest