di seberang bubur ayam barito, mendoan mencatatkan segudang kenangan. tentu saja, dengan sejumlah kolega dekat. ah, tak terhitung banyaknya. memesan mendoan lima ribu, menunggu dengan sabar sembariĀ menikmati pemandangan di sekitar, dan sesudahnya menyantapnya dengan riang. si mas penjualnya juga terlihat cihuy. dandannya tak kalah necis dengan ABG jaman sekarang. sneakers, colorful t-shirt dan topi. […]
Comments Off »
Read the rest
setiap orang nyatanya kembali ke habitatnya semula. seperti di pabrik kata-kata ini, di lantai tiga ini. saat didi, mas herman, mas slamet ditambah fauzie dan imel, apa yang terjadi? para ngapak-er bersatu! o yeaaahhhhh! ) secemberut-cemberutnya saya, jamak saya tetap melipat wajah saya saat jarum jam terus merangsek ke kanan dan terus ke kanan. tenggat […]
Comments Off »
Read the rest
giginya sudah rantas; habis. usianya saya taksir diatas 60 tahun. tapi badannya masih tegap; dan cenderung gempal dengan geliat kelincahan yang tak ada habisnya. aksen banyumasannya sangat kental dalam cuatan bahasa lokal, namun hilang saat ia berbincang dalam bahasa indonesia.penampilannya sederhana, kemeja batik katun dengan celana panjang dan sandal jepit. rapi, bersih. saya mengintip pabrik […]
Comments Off »
Read the rest
kami menggelak bersama. ya, saya dan esti, kakak saya. padanya saya bercerita tentang perjalanan kecil saya di ujung minggu ini di purwokerto. termasuk, rebahan tubuh saya di hotel transit, hotel budi. “masih ada kamar? saya butuh istirahat …” kata saya pada si penjaga. bola raksasa belum juga terbit. di luar masih sangat gelap. “mau berapa […]
1 comment »
Read the rest