Esti, kakak saya, membincang sendiri. “Bagaimana rasanya nanti malam mas yatno dan didit pulang; dan engga ada mbak wiwik disini,” katanya. Mbak wiwik, kakak saya, meninggal dalam tidurnya, pagi tadi. Tanpa pesan. Tanpa peringatan. Tanpa ucapan selamat tinggal. Lantas, bagaimana rasanya jika nanti malam mas yatno dan didit pulang, dan engga ada mbak wiwik disini? […]
Comments Off »
Read the rest
Selalu ada yang menggelikan, kendati itu dalam suasana yang sedang engga enak; saat kematian mbak wiwik, kakak saya. Salah satunya, saat kami menata tubuh mbak wiwik. Meja besar harus diangkut keluar dan digantikan dengan yang tandu untuk memudahkan pengangkatan ke dalam ambulance. Tubuh kakak saya sudah diangkut. Meja besar sudah dikeluarkan. Keranda dijejerkan di sebelahnya. […]
Comments Off »
Read the rest
Mas yatno dan didit, mbak wiwik tidak pergi, tetapi pulang. Begitu saya membubuhkan tulisan tangan pada cuilan kertas untuk didit dan mas nano, keponakan dan kakak ipar saya. Ya, mbak wiwik, kakak saya, meninggal. Berbeda dengan kelahiran yang dinanti-nanti, kematian justru sebaliknya. Kematian acapkali menjadi ruang yang mengerikan untuk dibincangkan. Kematian sering menjadi tudingan ‘ketakutan’ […]
Comments Off »
Read the rest