bertemu pacar lama
Monday 16 January 2006 - Filed under cerita cinta
16 Januari 2006
Saya berjumpa dengannya, siang tadi. Saya melihatnya dalam gegas langkah yang amat cepat. Matanya beradu dengan mata saya. Saya tak menolaknya. Saya tahu, dia adalah pacar lama saya. Kemejanya … ya, saya tahu kemeja yang dikenakannya. Warna birunya, dia sangat menyukai warna biru.
Tapak kaki laki-laki itu terus menyeret badannya. Terus bergerak. Tas ransel yang menggantung di bahunya. Saya tahu apa isinya. Tak jauh dari buku, pakaian dan peralatan mandi. Juga, jas hujan. Ratusan hari yang sudah kami lalui sendiri-sendiri, di detik ini kembali mendekatkan jarak antara kami. Ya, ini bukan jarak yang sesungguhnya. Ini hanya jarak perjumpaan, dan ini cuma pertemuan yang sangat singkat. Ia hadir. Kali ini bukan ditengah pertanyaan tentang alasan dia menghilang tiba-tiba, tapi dalam garangnya mentari di tengah hari.
+ Mas piye kabare? (mas, bagaimana kabarnya?)
- Apik apik apik …(baik, baik baik …)
+ Iki seko endi mau? (ini dari mana tadi?)
- Seko perpanjangan SIM (dari perpanjangan SIM)
+ Isih nang surabaya? (Masih di surabaya?)
- Isih. (masih)
+ Lha, saiki meh nang endi? (sekarang mau kemana?)
- Meh nang surabaya. Ya wes ya …(mau ke surabaya. Ya udah ya)
+ Yo … daaa … eh, salam nggo bojomu yo! (salam buat istrimu ya!)
Itu adalah percakapan saya dengannya, laki-laki yang selalu merajut harinya dengan senyum, binar mata yang mempesona, kesibukan yang bertumpuk, senandung kecil dan keriangan hati.
Tak ada percakapan lain. Hanya itu. Ya, hanya itu. Tak ada percakapan tentang masa yang hilang dan tak berjejak. Tak ada percakapan tentang malam yang pernah sepi saya lalui tanpanya. Tak ada percakapan tentang rasa letih yang menyeruak di sore hari. Tak ada percakapan tentang cincin yang melekat di jari manisnya. Hanya itu saja.
Dan dalam hitungan detik, persimpangan jalan di siang itu mengintai kami untuk tetap memastikan bahwa selamanya kami akan ada di persimpangan ini.
2006-01-16 » Femi Adi