saya mengenalnya sepuluh tahun belakangan. ya, sepuluh tahun. lama ya? sayangnya itu tak bisa membuat saya mengenalnya sepenuh hati. mengenalnya sepenuh-penuhnya tentangnya. saya hanya mengenalnya dari anggukan untuk melajukan roda dua di jejalanan jogja. dari senyum hangat dan rasa terimakasih untuk secangkir teh manis di pagi hari. dari lembaran rupiah yang ditukarkan dengan dua buah […]
Content
File: April 2009
berapa lama saya tak menjumpainya ya. saya enggan menghitungnya. terasa lama, dan sudah pasti saya menumpuk rindu hingga menggudang. saya juga enggan berpikir hal buruk tentangnya. ya, semoga dia baik-baik saja. gara-gara menyeruput dilmah tea, saya mengingatnya: popeye. harusnya saya tak memilih dilmah tea dari sogo tadi. harusnya saya memilih teh lain. bukan dilmah tea. […]
Comments Off » Read the rest
andai saya bisa menghitung berapa kali jantung saya berdetak. bukan, bukan. saya sedang tak jatuh cinta. bahkan, saya tak sedang mengagendakan jatuh cinta dalam waktu dekat ini. tapi sungguh, kekakuan ini mendera saya. seperti enggan tersenyum, tapi harus tersenyum. seperti enggan berbincang, tapi harus berbincang. saya tahu, saya tidak bisa tersenyum lagi untuknya. untuk sebuat […]
Comments Off » Read the rest
kami berbincang, duduk bertiga. menikmati aura hangat (plus sumuk) dari bangunan besar di omah dhuwur di bilangan kotagede. juga semilir angin yang enggan merangsek ke arah kami. ya, kami hanya bisa mengibaskan tangan, atau meniup kecil ke arah diri kami sendiri. seperti meyakinkan, bahwa bangunan besar tak selalu menjanjikan kenyamanan dan rasa dingin. “mau makan […]
Comments Off » Read the rest