tak dijemput tukang ojek
Saturday 24 October 2009 - Filed under cerita bumijo + kubikel
Seharian, saya sudah membayangkan akan merebahkan tubuh di kursi empuk taksaka malam yang berangkat dari jakarta jam 20.40.
Saya merindu jogja; dan merindu membenamkan kepala diantara bantal-bantal empuk di kasur membal di jogja.
Saya merindu seporsi mi godog yang kemepul yang membikin lidah mendadak mendidih. Mi pak geno, mi pak sangad, mi terban, mi pak djum.
Saya merindu memulas sore dengan menyeduh kopi hitam; kopi bikinan om barista di rumah yang menawarkan hangat dan menampik kantuk. Dan donal bebek menjadi kerabat setia peminggir senja.
Saya merindu bangun pagi di hari minggu dengan penuh kemalasan, keengganan. Pagi yang tidak tergesa-gesa di jogja, pagi tanpa berita yang menjulur di benak.
Saya merindu mengepak barang dan mengunci rumah dengan rasa sedih. Meninggalkan jogja dan bergegas ke stasiun di minggu malam adalah menumpuk dan menggudangkan kerinduan kecil.
Sayangnya tukang ojek tak menjemput saya smalam. Saya batal pulang. *shoot*
2009-10-24 » Femi Adi