dadah-dadah di stasiun
Monday 2 August 2010 - Filed under cerita bumijo + cerita pjka
saya terharu.
kang kadal basi mengantarkan dan menemani saya hingga ular besi ini berarak meninggalkan jogja. hayyyy … hati saya rasanya kemrenyes. duh duh duh …
tidak ada yang pernah mengantarkan saya pada tempat yang selalu bikin hati saya campuraduk ini, ya, stasiun ini. mungkin lima tahun lalu, atau enam tahun lalu, saat laki-laki dengan genggaman yang hangat itu mengecup hangat pipi dan kening saya di stasiun, dan sesudahnya menghilang tak ketahuan rimbanya.
dan saya tak pernah meminta siapapun untuk mengantarkan saya pada stasiun yang selalu mengeduk memori buruk itu.
tapi janji temu dibikin sejak sabtu kemarin, dengan kang kadal basi. kami bakal bertemu di stasiun tugu ini, tepat jam 10 malam. “aku pakai jaket ungu ya …” katanya. aduh, seperti blind date!
seorang laki-laki muda sempat memanggil saya, dan membikin saya ketakutan setengah mati. meski ini ‘hanya’ jogja, tetapi tempat publik dan panggilan yang tak ketahuan juntrungnya selalu membikin saya paranoid.
dan saya melihat kang kadal basi. tergopoh-gopoh menyambangi saya. buru-buru saya ambrukkan tas saya padanya, dan menyeretnya menjauh dari laki-laki muda itu. dem.
humh.
dan kami berbincang. sembari nyemil peyek kemangi yang saya bungkus dari holland bakery, saya menyimak celotehnya yang panjang lebar. tentang keinginannya pulang, rencana pulang ke jogja lagi tahun depan, rencana perjalanannya ke jepang … ow ow ow.
pintong alias pindah tongkrongan, kami menyeruput teh hangat di deretan ruangan-ruangan pejabat PTKA. ia banyak bercerita soal memori di masa kecilnya yang sempat ketinggalan kereta, hingga perjalanannya ke tibet. juga, boneka kecil milik mbak kwetiaw yang ia bawa serta ke tibet. “untuk menambah jam terbang,” katanya. hah, saya jadi ingat teddy mungil saya yang juga selalu saya bawa serta.
dan kereta gajayana pun datang; siap menjemput saya untuk kembali ke jakarta.
“aku bisa lihat kamu jeng. tengok kanan. nak rung dadah ra asyik!” katanya, lewat pesan pendek. buru-buru saya menoleh. melihatnya tenggelam di balik gelap yang sebentar lagi akan mengantarkan pada pagi.
ah.
terima kasih kang kadal basi.
2010-08-02 » Femi Adi