Content

when writing the story of your life, don't let anyone else hold the pen

“kemandirianmu itu lho, kadang menyebalkan,” katanya

Sunday 5 July 2009 - Filed under friends from heaven

saya terlatih untuk melakukan semua pekerjaan dengan kemampuan, tangan dan tenaga saya sendiri.

mengusung buku, memindahkan lemari, menebang pohon, hingga membikin spaghetti dan meracik cokelat hangat  adalah beberapa keahlian yang sudah menjadi keseharian saya sejak kecil. ayah dan ibu membekali saya agar tak bermanja dengan siapapun; agar tak menggantungkan diri pada siapapun.

dan saya tetap melakukan rutinitas itu, seperti yang biasa saya lakukan dulu, saat ayah dan ibu mulai pindah ke rumah mereka yang baru. kepindahan esti ke amrik pun tak menjadikan saya bergantung pada siapapun. setali tiga uang, pun dengan esti di sana.

hanya saat saya tak bisa mengangkat tubuh ini, tahun lalu, saya meminta yani, sahabat saya, untuk mengusung saya ke rumah sakit. dan yani selalu saja tak pernah bosan mengatakan … “kalau ada apa-apa, mbok ngomong … ” katanya, kesal.

tak ada beib di ujung minggu, saya masih bisa melajukan kendaraan untuk nonton di XXI, membeli buku, atau bahkan ngopi sendiri di rumah. pun, stok potret di gudang potret menipis, saya bisa memburunya di gudang-gudang potret yang lain. tak ada teman dalam perjalanan ke bukittinggi, malang dan makasar, saya akan dengan riang menikmati perjalanan ini sendirian.

“kamu kok pergi sendirian? enggak apa-apa? kamu bikin aku khawatir. bagaimana kalau aku minta temanku menemani kamu? atau, tunggu aku pulang supaya kamu ada teman? blablablablabla??? ” tanyanya.

dan pertanyaan lain memburu saya. butuh waktu yang lebih lama dan penjelasan yang tak mudah untuk membuatnya mengerti bahwa saya-akan-baik-baik-saja.

“kamu harus banyak istirahat. nanti kamu sakit. bayar orang saja, bagaimana? pergi-pergi sendiri, nanti kalau kamu kecelakaan seperti dulu lagi bagaimana? bagaimana kalau kamu sakit lagi? …” katanya.

ah. senyum saya nyatanya tak membuat kekhawatirannya lenyap.

“kemandirianmu itu lho, kadang menyebalkan …” katanya.

dan saya terdiam, membisu. saya tahu benar ia mengkhawatirkan saya.

2009-07-05  »  Femi Adi