seorang bocah kecil, sangat kecil, berada di depan meja yang sarat dengan tumpukan pakaian di koridor. dihadapannya ada kaos kaki berwarna putih dan hitam yang tengah ia pilah untuk dipasangkan. tinggi mejanya setara degan dadanya. matanya bening. dia tersenyum kecil. jesus christ! anak itu begitu manisnya. sorot mata itu begitu polosnya. tulus. tangannya terus saja […]
Comments Off »
Read the rest
di meja di sudut cazbar kuningan, kami akhirnya membahak. ya, kami mentertawakan diri kami sendiri. paimun dan saya. sejak kuliah kami berteman, lalu saya ke jakarta untuk bekerja dan weekend di jogja untuk bertemu dengan teman-teman d jogja, hingga akhirnya dia juga memilih Jakarta untuk tempat melewatkan usia, nyatanya tak ada yang berubah dari kami: […]
Comments Off »
Read the rest
kekuatan dengkul ini masih sama saja: payah. perjalanan gowes ke bali tak menyisakan kekuatan yang berarti buat dengkul saya. saya masih saja tertinggal di belakang saat gowes di sekitaran cibubur/cimanggis/cikeas. dengan napas terengah. dengan anggukan tanpa ada kata-kata yang mencuat dari bibir saya. bahkan tersenyum pun saya butuh tenaga ekstra. om heru dan sejumlah teman […]
Comments Off »
Read the rest
setelah satu tahun, saya menemuinya. kami berpelukan hangat. tepat di sebelah telinganya, saya membisikkan maaf padanya. untuk pernyataan yang tak mengenakkan, setahun lalu. untuk permintaan yang berlebihan, setahun lalu. untuk tuntutan yang terlalu banyak, tahun lalu. saya mengumpulkan keberanian untuk menemuinya, setahun ini. sungguh menyesakkan. kepulangan tengah tahun lalu tak membuat saya cukup punya nyali […]
Comments Off »
Read the rest