Saya tengah menunggu antrian tiket kereta saat perbincangan kecil itu saya kuping. “… Minta yang tempat duduknya muka belakang ya …” Pinta laki-laki muda di sebelah loket. “Muka belakang? Berhadapan … ” Kata si mbak penjaga tiket. “Iya, muka belakang … ” Tegas si pembeli tiket. “Berhadapan, mas … Bahasa indonesianya ‘berhadapan’. Bahasa indonesianya (mas […]
Comments Off »
Read the rest
mungkin karena saya memang bukan fotografer, jadinya ya saya tak terbiasa mengintip. pagi saya habiskan di stasiun. mencandai rerumputan liar yang tumbuh di sekitar rel kereta api di stasiun tugu. mendekap tulisan ‘yogyakakarta +113′. menyambut fajar. menghadang kereta pagi yang berseliweran melalui jalanan besi. saya mengintip dari lubang kecil kamera saya. mencoba mencari sudut yang […]
1 comment »
Read the rest
jam tiga sore, matahari sedang teriknya membakar kulit. ubun-ubun bukan incaran si bola raksasa lagi. tapi, ada juga yang tega menggantang kulit-kulit. membikin antrian makin mengular. membikin orang menjadi gelisah dalam kehausan dan kepanasan. “kenapa sih nggak buka loket disitu saja?” atau, “ah, kenapa disini nggak ada peneduhnya sih?” dan sejumlah kenapa-kenapa yang lain. belum […]
1 comment »
Read the rest
kalau ada pertanyaan, “calo paling banyak ada di mana?” dengan lantang, saya bakal menjawab, “stasiun kereta api!” sudah jamak diketahui kereta api di indonesia ini calonya segambreng. bahkan, tak jarang muncul cuilan kalimat, “orang dalam ikut main, nggak mungkin kalau enggak ikut main …” entah benar atau tidak, tapi saya jelas selalu mencibir plakat yang […]
4 comments »
Read the rest